Monday, March 1, 2021

Keotentikan Al-Quran


    Al-Quran Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu di antaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara.

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ

 (Sesungguhnya Kami yang menurunkan AlQuran dan Kamilah Pemelihara-pemeliharaNya) (QS 15:9). 

    Demikianlah Allah menjamin keotentikan Al-Quran, jaminan yang diberikan atas dasar Kemahakuasaan dan Kemahatahuan-Nya, serta berkat upaya-upaya yang dilakukan oleh makhlukmakhluk-Nya, terutama oleh manusia. Dengan jaminan ayat di atas, setiap Muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai AlQuran tidak berbeda sedikit pun dengan apa yang pernah dibaca oleh Rasulullah saw., dan yang didengar serta dibaca oleh para sahabat Nabi saw. 

      Tetapi, dapatkah kepercayaan itu didukung oleh bukti-bukti lain? Dan, dapatkah bukti-bukti itu meyakinkan manusia, termasuk mereka yang tidak percaya akan jaminan Allah di atas? Tanpa ragu kita mengiyakan pertanyaan di atas, karena seperti yang ditulis oleh almarhum 'Abdul-Halim Mahmud, mantan Syaikh Al-Azhar: "Para orientalis yang dari saat ke saat berusaha menunjukkan kelemahan AlQuran, tidak mendapatkan celah untuk meragukan keotentikannya." Hal ini disebabkan oleh buktibukti kesejarahan yang mengantarkan mereka kepada kesimpulan tersebut. 


Referensi : Membumikan Al-Qur'an, DR. M. Quraish Shihab.  

Saturday, December 12, 2020

JADILAH MUSLIM YANG KAYA DAN DERMAWAN

 

Kyai Kaya


Orang kaya siapa pun dia dan dimana pun tinggalnya selalu memiliki pemuja. Masyarakat cenderung menjadikan para hartawan sebagai publick figure dan rule model bagi anak-anaknya. Apalagi jika si orang kaya tersebut seorang alim yang mengerti dan melaksanakan syari’at agama, tentunya kekaguman masyarakat akan menjadi berlipat ganda.

Di sebuah kampung dekat kantor kecamatan tinggal seorang kiyai yang dikenal bisa mengobati berbagai penyakit. Pengobatan alternatif yang dia jalankan dengan ramuan bahan-bahan alamiterkenal ampuh mengusir penyakit sehingga setiap hari pasiennya berbondong-bondong mendatangi rumah pak kyai. Rumah beliau pun berubah menjadi klinik masyarakat karena mayoritas dipenuhi oleh kalangan bawah yang mencari pengobatan berbiaya ringan.

Meskipun diakui kepatenannya, pak kyai tidak pernah meminta bayaran kepada  para pasien. Mereka hanya menyimpan amplop di tempat duduk pak kyai yang isinya tergantung kemampuan. Jadi klinik kesehatan ini bukan klinik komersial yang dapat menjadikan pemiliknya kaya raya. Namun demikian, Allah Maha Melihat, kebaikan hati pak kyai mengobati tanpa pamrih dibalas dengan kebaikan hamba-hamba Allah yang bergelimang harta. 

Dari ratusan bahkan ribuan pasiennya, terselip beberapa puluh orang yang termasuk pengusaha besar. Mereka datang ke klinik pak kyai karena dokterdan peralatan medis mosern sudah tidak mampu menangani panyakitnya. Al-hasil berkat keridhaan Allah, penyakit mereka sembuh setelah berobat di klinik pak kyai. Bahkan ada beberapa orang yang langsung menghadiahkan kendaraan roda empat keluaran terbaru.

Tambah hari pasien bertambah banyak. Pak kyai sudah tidak sanggup menangani sendiri, beliau pun mempekerjakan beberapa orang untuk membantu tugasnya di klinik kesehatan. Masyarakat mendapat berkah dari kemajuan klinik pak kyai. Banyaknya pasien yang datang membawa rejeki yang beragam; ada yang berjualan, mengatur parkir, bahkan ada juga warga yang menyewakan kamar bagi keluarga pasien yang mau menginap.

Tanpa disadari pak kyai sekarang telah dianggap sebagai orang paling kaya oleh warga. Segala kemewahan ada di dalam rumahnya; furniture berkelas, pendingin ruangan, alat-alat elektronik, buah-buahan segar di dalam lemari pendingin, bahan makanan di dapur yang tidak akan habis dimakan satu bulan, dan lain sebagainya.

Banyak warga bermimpi hidup seperti pak kyai, bergelimang harta tanpa bekerja keras karena sudah banyak asisten yang melaksanakan pekerjaannya. Mereka berangan-angan bisa membeli tanah berhektar-hektar, membagikan sembako kepada fakir miskin setiap awal bulan, memberi uang anak yatim setiap ada kesempatan, meyumbang pembangunan masjid, membangun beberapa rumah untuk anak-anak, dan lain sebagainya seperti yang dilakukan pak kyai dengan uangnya.

Mereka berharap jika tidak bisa melakukannya sekarang, mungkin besok selepas bangun tidur bisa melakukannya. Namun, sayang esok pagi tidak terjadi perubahan. Mereka pun berharap pada minggu depan, selanjutnya bulan depan dan tahun depan. Karena mereka hanya berharap, harapannya tidak pernah bisa menjadi nyata. Akhirnya warga menyerah, berhenti berharap dan menjalankan hidup dalam kekecewaan. 


BE CONTINUED.......

Friday, July 31, 2020

MENGUMPULKAN YANG BERSERAKAN

AWAL YANG SAMA

Seorang pria hilir mudik di beranda sebuah rumah sakit. Dari wajahnya Nampak kecemasan. Kadang dia menerawang ke arah langit, kadang juga mengusap keringat yang meleleh dari keningnya. Laki-laki itu masih muda, sekitar dua puluh lima tahun. Namun gurat-gurat di sepanjang wajahnya membuat dia Nampak lebih tua.
Beberapa saat kemudian, dari dalam sebuah ruangan keluar seorang pria berpakaian serba putih. Dokter tersebut memanggil nama pria yang sedang dilanda kekhawatiran. Dokter menjabat tangan pria tersebut sambil mengucapkan selamat atas kelahiran putra pertamanya. Kecemasan diwajah pria muda berangsur hilang digantikan senyum bahaagia.dia segera masuk ke dalam ruang persalinan.
Pria muda yang baru menjadi seorang ayah tak henti-hentinya mengucap hamdalah, bersyukur kekpada Allah atas kelahiran putra pertamanya. Ia kecup mesra kening istrinya sambil mengusap lembut rambutnya yang setengah basah oleh keringat.
“Terima kasih istriku, kamu telah memberiku seorang putrra yangluar biasa,” ucap pria muda dengan penuh cinta.
Air mata merembes dari ujung-ujung mata wanita muda yang masih berbaring di atas ranjang persalinan, mengalir perlahan membasahi pipi merahnya. Dalam isak terpendam, si ibu muda berkata lirih,
“Terima kasih suamiku, benih yang kau tanam telah menjadikan aku sempurna sebagai wanita.”
Dua jiwa yang sedang di naungi awan bahagia menyatu padu dalam alunan irama syukur,
“Istriku ini adalah anugerah terindah yang Allah berikan kepada kita,” pelan suara ayah muda berbisik ditelinga istrinya.
“Iya anugerah yang harus kita jaga agar ia terus menjadi indah,” balas ibu muda sambil mengusap punggung suaminya.
Mata ayah muda berpaling dari wajah lelah istrinya, sinarnya memancar menerangi sesosok bayi yang tidur terbujur di samping pembaringan.
“ Anakku, kamu harus menjadi istimewa selamanya karena kamu adalah putra pertamaku,” lirih sang ayah penuh harap.
Sahabat pembaca yang budiman.
Kelahiran adalah sebuah awal dari perjalanan hidup. Siapa pun manusia di muka bumi, selain adam dan hawa, mengalami proses kelahiran. Kelahiran menjadi suatu keniscayaan bagi semua manusia. Tidak ada manusia yang tumbuh besar tanpa melalui kelahiran.
Pada saat kelahiran semua manusia sama, terlahir telanjang tana membawa sesuatu pun. Hanya tangisan yang menyertai kelahiran seorang manusia. Albert Einstein yang terkenal sebagai manusia super jenius terlahir tanpa membawa perbekalan rumus fisika. Diego Armando maradona sang dewa sepak bola argentina terlahir tanpa dibekali sebuah buku panduan teknik memainkan si kulit bundar. Bill gates pendiri Microsoft corporation tidak terlahir dengan membawa seperangkat software atau hardware computer.  Mariah carey, penyanyi top amerika tidak bisa langsung bernyanyi pada saat kelahirannya. Soekarno, bapak proklamator Indonesia yang dikenal sebagai penceramah ulung, tidak terlahir dengan membawa buku retorika ceramah. Dan, sederet orang-orang ternama yang menjalani kehidupan dalam bingkai kesuksesan terlahir sama seperti kita.


Kita dan orang-orang besar mempunyai awal yang sama; memulai hidup yang dengan tangisan dalam keadaan telanjang. Jika mereka bisa menjadi besar sedangkan kita masih tetap kecil berarti ada sesuatu yang kita lewatkan dalam proses hidup ini. Proses menjadi besar tentunya lebih rumit dan sulit ketimbang proses untuk tetap menjadi kecil. Seperti halnya sebuah gubuk dan istana, meskipun keduanya memiliki fungsi yang sama sebagai tempat tinggal namun jelas berbeda dari segala aspeknya.

Gubuk dibangun tanpa proses yang sulit. Kita hanya butuh kayu balokan, triplek, asbes, dan paku secukupnya. Untuk membangun sebuah gubuk kita sendiri bisa melakukannya tanpa menyewa tenaga tukang. Gubuk sudah bisa ditempati dalam hitungan hari. Jadi untuk memilki sebuah gubuk kita hanya perlu modal sedikit, bekerja sebentar, dan lahan alakadarnya.

Istana dibangun dengan sebuah perencanaan. Seorang arsitek harus disewa khusus untuk menggambar sketsa dan menghitung biaya yang diperlukan. Bahan-bahan untuk membangun istana berasal dari bahan bangunan terbaik yang tentunya dengan harga yang mahal. Pekerja yang dibayaruntuk pembangunan ustana adalah pekerja yang berhasil dijaring dari sebuah proses seleksi. Pemilik istana harus bersabar menunggu berbulan-bulan untuk bisa menikmati tinggal di dalam istana. Jadi, untuk mendapatkan sebuah istana kita harus melalui proses yang rumit, memerlukan modal yang besar, pekerjaan yang memerlukan waktu lama, dan lahan yang sangat luas tentunya.

Orang besar telah melalui mekanisme hidup mirip pembangunan istana. Oleh karena itu, jika mereka mendapatkan kenikmatan hidup, itu semua adalah bayaran atas segala pengorbanan yang mereka lakukan. Sedangkan orang kecil hanya berani berproses seperti pembangunan sebuah gubuk; cepat, mudah,murah, dan tanpa resiko.

Sahabat sekalian.

Pilihan hidup terbentang di depan kita; menjadi besar dengan cara mengikuti proses yang telah dilalui oleh orang-orang besarsebelum kita atau tetap menjadi kecil seperti kebanyakan orang yang kita jumpai disekitar lingkungan?

Jika kita memilih untuk menjadi besar percayalah peluang untuk merealisasikannya sangat besar.

Bukankah kita terlahir sama seperti mereka yang telah melegenda?

Bukankah awal semua manusia itu sama?


 

Sunday, February 9, 2020

Kematian Itu Penghilang Rasa Sakit


“it is never too late to do good.”
“tidak ada istilah terlambat untuk berbuat baik.”

Ketika ajal Rasulullah sudah semakin dekat dan derita yang beliau rasa pun semakin hebat, beliau berkata kepada Fatimah, “setelah hari ini ayah tidak akan sakit lagi.”
Begitulah sunahnya ujian. Semakin dekat kita dengan Allah Swt., ujian pun semakin hebat. Itu semua bertujuan agar kitanaik ke level berikutnya. Yang busa kita simpulkan dari perkataan Nabi Saw. tersebut adalah bahwa kematian itu penyudah segala rasa sakit dan menjadi sarana istirahat dari segala macam keburukan.
Saat ini sebenarnya kita sedang terpejam karena terbuai dengan semarak kehidupan duniawi. Pandangan kita akan kehidupan dikampung akhirat nan sempurna menjadi terhalang. Ketika mati, kita baru melek dan sadar bahwa dunia yang berasal dari kata danaah (hina) tak ada seujung kuku nikmat di akhirat.
Tidak usah terlalu takut menhadapi kematian. Tetapi persiapkan pertemuan indah dengan Nya karenanya rasulullah Saw. lebih memilih bertemu dengan Allah Swt. Ketika diminta memilih kenikmatan dunia atau segera bertemu denganNya.
#STIQ AM

Keotentikan Al-Quran

     Al-Quran Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu di antaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang k...